Minggu, 21 September 2008

Analisis Anak Autisme

Pengertian
Autisme adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif.
Autisme adalah gangguan atau kecacatan yang akan disandang oleh individu tersebut seumur hidupnya.
Penyebab autisme
Sampai saat ini menurut JK Buitelaar, seorang professor psikiatri anak dari Universitas Nijmegen Negeri Belanda, Penyebab autisme masih belum bisa diketahui. Namun, banyak sekali publikasi di masyarakat yang justru datang dari pihak-pihak yang tidak didasarkan oleh penelitian ilmiah, Misalnya penyebab autisme karena thimerosal dalam vaksin, virus vaksin, keracunan logam berat, alergi terutama gluten dan kasein, sistem imun tubuh, dan sebagainya.
Sementara itu para ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang autisme menyatakan bahwa kemungkinan besar penyebab autisme adalah faktor kecenderungan yang dibawa oleh genetik. Sekalipun begitu sampai saat ini kromosom mana yang membawa sifat autisme belum dapat diketahui. Sebab pada anak-anak yang mempunyai kondisi kromosom yang sama akan bisa juga memberikan gambaran gangguan yang berbeda.
Namun para ahli lebih cenderung akan menyatakan bahwa penyebab autisme kemungkinan besar adalah faktor gen yang membawa peranan, hal ini disimpulkan dari hasil penelitian terhadap kembar satu telur yang akan menunjukkan kemungkinan terjadinya gangguan autisme yang lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan kembar dua telur.
Di kalangan luas juga ada publikasi yang mengatakan bahwa autisme dapat disebabkan berbagai gangguan di tiga bulan pertama kehamilan. Menurut Buitelaar hal ini juga masih belum bisa dikatakan apakah benar demikian, karena penelitiannya belum selesai,dan hasilnya belum ada.
Diagnosa dan Penanganan
Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu. Untuk menghindari kekeliruan deteksi ini, maka diperlukan sekali pemeriksaan secara multidisiplin yaitu dilakukan oleh dokter, psikolog, orthopedagog, neurologis, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme.
Setelah dilakukan berbagai observasi secara berkala oleh berbagai profesi tadi, disamping juga dilakukan tes psikologi, dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh barulah diagnosa itu boleh ditegakkan. Penegakan diagnosa ini seringkali juga memerlukan waktu yang panjang, enam bulan hingga satu tahun. Namun yang terpenting adalah bukan penegakan diagnosa itu tetapi bagaimana kita mampu melihat berbagai gangguan sebagai faktor lemah yang dimilikinya, dan faktor kuatnya.
Dokter dan psikolog harus benar-benar mampu mengamati dengan baik. Orang tua diminta untuk dapat mengungkapkan dengan baik bagaimana perilaku anaknya tersebut dengan berpatokan pada gejala-gejala yang ditampilkan oleh anak-anak normal, sehingga dapat diketahui bagaimana penyimpangan yang terjadi. Setidaknya perlu adanya pengamatan berkala setiap tiga bulan, dilakukan evaluasi guna menentukan tindakan apa yang perlu kita perbaharui.
Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
Pengobatan
Pertanyaan tentang berbagai pengobatan autisme saat ini yang banyak digunakan bahkan seringkali juga atas anjuran dokter (yang bergerak dalam terapi alternatif), misalnya detoksifikasi untuk menghilangkan racun di otak, diet bebas gluten dan casein, probiotik, megadosis vitamin, hormon, dan sebagainya. Buitelaar menanggapi bahwa karena hingga kini penyebab autisme belum bisa dipahami secara pasti maka para dokter juga belum bisa menentukan obatnya.
Ia menyarankan agar para orang tua tak perlu terkesima dengan reklame komersial yang menyatakan bahwa autisme dapat diobati, sebab menurutnya selain pengobatan model intervensi biologis itu sangat mahal, tidak ada efeknya, juga cukup berbahaya bagi si anak sendiri. Bila dokter memberikan resep obat-obatan psikostimulan, hal itu bukan untuk menyembuhkan autisme, tetapi hanya sekedar untuk mengendalikan emosi dan perilakunya.
Yang terpenting adalah bagaimana kita harus menanganinya dengan cara melihat faktor lemah dan faktor kuatnya dengan pendekatan psikologi dan pedagogi, yaitu arahkan perilakunya, tingkatkan kecerdasannya, latih kemandirian, ajarkan kerjasama, dan ajarkan bersosisalisasi dan jangan berikan obat-obatan psikiatrik atau psikostimulan kepada anak-anak di bawah 6 tahun. Utamakan pendekatan psikologi dan pedagogi, jika cara-cara ini sudah tidak dimungkinkan barulah bisa diberikan obat- obatan. Para orang tua juga berhak menanyakan apa efek samping dan harapan apa yang bisa dicapai dengan menggunakan psikostimulan itu.Karena bagaimanapun reaksi setiap anak terhadap obat akan berbeda-beda, sehingga diperlukan pemantauan yang baik secara rutin. Di samping itu sampai saat ini belum ada penelitian obat- obatan pada anak di bawah usia 6 tahun, sehingga kita masih belum tahu efek jangka panjangnya.
Ciri-ciri
Pada anak-anak autisme selain ia mengalami gangguan komunikasi secara verbal, ia juga mengalami gangguan komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal adalah suatu komunikasi tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal adalah bentuk komunikasi dengan cara membaca bahasa simbolik dan bahasa mimik. Pada anak autisme yang mengalami kegagalan perkembangan membangun kontak emosi tadi, dengan sendirinya juga ia mengalami kegagalan membaca bahasa mimik, karena bahasa mimik pada dasarnya adalah komunikasi dengan cara membaca emosi orang lain. Ketidakmampuan membaca emosi orang lain dalam bentuk ekspresi muka orang lain inilah yang kemudian menyebabkan anak-anak ini juga tidak mampu mengekspresikan wajahnya. Ia adalah anak yang tidak berekspresi, tidak mampu menunjukkan kehangatan, rasa senang atau marah.
Selain ia tak mampu mengutarakan emosinya ia juga kadang mengalami kesalahan dalam mengekspresikan perasaannya, atau ekspresinya tidak pada tempatnya. Padahal komunikasi nonverbal ini merupakan bentuk komukasi yang lebih banyak digunakan oleh kita sehari-hari, dalam membangun hubungan dengan orang lain. Dengan kata lain, sebagian besar komunikasi adalah berbentuk komunikasi non verbal. Dengan sendirinya kegagalan komunikasi nonverbal ini akan pula menyebabkan ia mengalami gangguan bersosialisasi, atau membangun hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya.
Pada sebuah tes dengan anak autis yang lebih besar, di atas lima tahun, seringkali ia juga mengalami kegagalan membaca jalan pikiran orang, dan merasakan perasaan orang lain. Ia hanya mampu memakna kejadian-kejadian secara harafiah. Ia juga mengalami kegagalan dalam pengembangan bentuk fantasi dan imajinasi. Sehingga segalanya menjadi kaku atau rigid dan tidak fleksibel.
Pada anak-anak autisme ini juga mengalami kegagalan dalam melakukan memakna hubungan kejadian yang satu dengan yang lainnya. Jadi seringkali ia mampu mengumpulkan banyak informasi secara detil tetapi tidak mengerti apa fungsi setiap detilnya, dan konteksnya secara global. Karena kegagalan berbagai perkembangan dalam melakukan kontak dengan orang lain ini, ia juga akan bereaksi berbeda dari pada anak-anak normal lainnya.
Anak-anak ini juga sangat sulit menerima perubahan, sangat rigid, dengan ritual-ritual yang sulit dirubah. Kepada anak-anak ini perlu diajarkan bagaimana berperilaku fleksibel.
Kemampuan dan perilaku dibawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme.
Komunikasi: Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Bersosialisasi (berteman)Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum. Kelainan penginderaan Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Bermain Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Perilaku Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. S

Di kaji dari berbagai sumber
Mata Kuliah Anak Berkebutuhan Khusus

Minggu, 07 September 2008

uksw


KALIMAT BERGAYA DAN BERVARIASI

KALIMAT BERGAYA
Kalimat efektif itu bertenaga. Ia memiliki suatu kekuatan mahagaib yang bisa menggerakkan tenaga, pikiran, maupun emosi pembaca. Kadang-kadang ia mampu menyuruh orang bertindak, membuat orang menangis, tertawa, meradang, atau merenung. Kalimat-kalimatnya yang kocak, kata-katanya yang memukau, memikat serta menguasai konsentrasi pikiran untuk membacanya terus sampai tamat.
Kenyataan yang ada pada penulis yang “baru mulai” adalah mereka terlalu disibuki oleh persoalan tentang “apa yang akan dikatakan” didalam karangan mereka. Sedang gaya kalimat tidak menitikberatkan persoalannya pada “apa yang hendak dikatakan”, tapi menekankan pada segi “bagaimana mengatakannya”.

1. Penulisan dengan Langgam Berbicara
Dalam mengarang, hendaknya menulis dengan langgam berbicara. Tak peduli apakah tulisan ini bersifat ilmiah, sepucuk surat, sebuah novel, dan sebagainya. Sebab pembaca tidak dibuatnya pasif, tapi mereka seperti diajak omong tentang sesuatu dan pada hakikatnya mengarang sama dengan berbicara atau omong.
Pada umumnya menurut studi bahasa gaya kalimat bertalian dengan tiga aspek, masing-masing
1. Aspek pemilihan kata
2. Aspek penyingkatan
3. Aspek yang menyangkut pola tertentu

2. Pemilihan kata
Faktor pemilihan kata turut menentukan tenaga sebuah kalimat. Pemilihan kata yang tepat dapat membuka “selera” pembaca seperti juga bumbu makanan yang dapat membuat orang makan lebih lahap. Untuk dapat membuka selera pembaca bahan yang diperlukan adalah kata atau kelompok kata tertentu.

2.1 Pilihan kata yang tepat
Dalam pilih memilih kata, yang penting supaya kata itu benar-benar mewakili apa yang kita maksud. Pertanyaan yang dalam hal ini sering berguna ialah “apa tak ada kata lain yang lebih tepat ?”. Dan seandainya ternyata ada yang lain segeralah menukarnya. Contoh :
Pemerintah bekerja keras menahan laju inflasi.
Pemerintah berusaha keras membendung laju inflasi.
Akhirnya saya paham apa yang ia maksud
Akhirnya saya mengerti apa yang ia maksud
Perbedaan arti kata pada kalimat-kalimat diatas itu tidak seberapa, namun efeknya penting untuk memberikan tenaga pada sebuah kalimat.

2.2 Menggunakan kata yang bertenaga
Didalam sebuah kata, yang sehari-hari sering kita gunakan, sebenarnya tersimpan suatu kekuatan. Dengan cara yang serasi digunakan dalam kalimat, kekuatannya itu bisa menghasilkan kalimat yang sugestif, mampu menggerakkan tenaga, pikiran, dan emosi orang.
Studi bahasa menunjukkan bahwa ada sejumlah kata yang sejak lahir sudah ditakdirkan memiliki tenaga kuat. Misalnya kata tendang lebih kuat dan kata sepak.
Rupanya antar fenom-fenom yang membentuk sebuah kata dengan tenaga kata itu memiliki hubungan erat. Begitu juga kata yang menunjukkan kerja atau gerak lebih bertenaga dari kata yang menunjukkan benda atau keadaan. Dan yang konkret lebih berkekuatan daripada yang abstrak.

Lemah : Ia melihat polisi sedang membongkar amunisi
Kuat : Ia menyaksikan polisi sibuk membongkar amunisi
Ada pula kata yang dapat dibuat lebih bertenaga dengan menggunakan morfem tertentu. Misalnya morfem me lebih bertenaga dari morfem di, dan mofem ter lebih bertenaga pula dari morfem ke, ber, atau kata yang tidak menggunakan morfem sama sekali.
Kurang bertenaga : Ketika berkemah banyak timbul kesan yang dapat dijadikan seribu kenangan.
Bertenaga : Ketika berkemah banyak muncul kesan yang dapat membawa seribu kenangan.

2.3 Hindarkan kata klise
Membaca dan menulis berarti bergaul dengan kata. Jika dalam suatu bacaan terdapat banyak kata yang kadang-kadang agak sukar dimengerti sering menimbulkan problem. Kata serupa ini disebut kata klise. Peranan kata klise ini besar untuk membuat kalimat kurang efektif, kecuali agaknya pada tempat yang sungguh-sungguh istimewa dan dengan cara yang istimewa pula.
Dalam bergaul dengan kata, selera pembaca zaman sekarang memang lain. Mereka senang dengan kata yang segar, yang mengungkapkan pengertian dengan jelas dan terang. Kejelasan itulah terutama yang membuat kaliamt mereka efektif, yang membuat pembaca sukarela menekuninya, yang menggerakkan hati dan emosi, yang menyuruh mereka merenung sekali-kali, atau tersenyum sendirian.

2.4 Konotasi dan Denotasi
Arti sebuah kata bisa menjadi dua macam. Pertama bersifat obyektif, masih asli, betul-betul menunjuk kepada obyek yang diwakilinya. Misalnya kata terbang dalam kalimat Burung terbang di udara. Disini kata terbang betul-betul menunjuk kepada suatu proses gerak yang terjadi di awang-awang, melayang dengan menggunakan sayap. Tapi lain sekali dengan kata terbang dalam kalimat Cepat, ia terbang ke balik pintu, bersembunyi sambil mengintip. Disini kata terbang tidak lagi asli seperti dalam kalimat yang pertama. Dalam hal ini, kata terbang sudah punya arti lain, sudah keluar dari artinya semula, sudah diberi “warna” oleh sikap dan emosi orang yang menggunakan kata itu.
Sifat netral yang dimiliki arti sebuah kata, seperti kata terbang dalam contoh pertama tadi, disebut arti denotatif. Dan kata yang tidak menyarankan arti lain di luar obyek yang diwakilinya itu disebut denotasi. Sebaliknya, sebuah kata yang telah diwarnai oleh sikap tertentu, seperti kata terbang dalam contoh yang kedua tadi, sudah mempunyai arti konotatif. Dan sikap emosi tertentu yang disarankan oleh sebuah kata disebut dengan istilah konotasi.
Jadi, kata yang denotatif lebih bersifat rasional dan kata konotatif lebih bersifat emosional. Kata setan, iblis, malaikat, bisa mempunyai arti denotatif dan bisa pula konotatif, bergantung pada ada tidaknya unsur emosi dengan sikap tertentu yang diberikan pada kata itu.
Ilmu kesusastraan telah berusaha menginventarisasikan berbagai bentuk pemberian konotasi pada kata. Gaya bahasa yang dihasilkannya disebut dalam berbagai macam istilah sesuai dengan sifatnya. Misalnya ada gaya personifikasi, pleonasme, hiperbola, litotes, eufimisme, paradoks dan sebagainya.

2.5 Kata yang tidak families
Tidak semua kata familier bagi kalangan masyarakat luas. Kata yang tidak familier itu pada umumnya adalah istilah asing atau kata yang berasal dari bahasa daerah. Lama-lama, setelah itu masyarakat dari berbagai kalangan telah turut menggunakannya, kata-kata itu dapat berubah menjadi milik umum. Biasanya masyarakat tidak lagi menganggap kata itu sebagai barang asing. Tapi proses ini memerlukan waktu.
Pemakaian kata yang belum familier di kalangan umum, besar sekali pengaruhnya terhadap tenaga sebuah kalimat. Lebih-lebih kalau jumlahnya banyak, tenaga kalimat bisa lemah karenanya. Kata itu bisa membuat pembaca lesu, bosan, kesal dan sebagainya, terutama apabila pengertian kalimat itu menjadi kabur akibat kata tersebut. Bagi pembaca, kalimat itu tidak lagi efektif dari sudut pengarang merupakan suatu pemborosan energi. Kata itu juga akan menjadi kurang fungsional, bahkan mengganggu kekompakan kata lain yang sama-sama beroperasi didalam kalimat itu.
Beberapa ketentuan dalam penggunaan istilah asing untuk menghindari efek negatif terhadap kalimat, antara lain :
1. Istilah asing dapat digunakan sepanjang istilah indonesianya belum ada.
2. Menyesuaikan ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia.
3. Menyesuaikan bentuk kata itu dengan morfologi bahasa Indonesia.

3. Penyingkatan
Penyingkatan dapat menghasilkan kalimat yang lebih bertenaga. Mengadakan penyingkatan adalah cara yang efektif untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang efektif dan efisien. Pada umumnya tindakan penyingkatan itu bersifat merombak dan memperbaiki kalimat yang sudah jadi. Mana yang terlalu panjang, yang
mengabukan arti, dipenggal menjadi dua atau lebih. Ini biasanya ditujukan terhadap konsep pertama, dengan catatan apabila memang dirasakan ada kalimat-kalimat yang membingungkan akibat “berpanjang-panjang” ini. Kalimat itu kemudian disederhanakan.
Proses mengarang melalui beberapa fase atau tingkat. Secara kronologis, tingkat yang dimaksud adalah sebagai berikut. Mula-mula membuat rencana dengan mengurutkan topik kecil-kecil yang akan dipaparkan, lalu disusun supaya ada hubungan logis. Kemudian pengarang berusaha melengkapi bahan, biasanya melalui bacaan atau wawancara supaya tulisan itu “berisi”. Dalam kedua fase ini tentu ada pula kegiatan kecil-kecil, seperti mengambil catatan terhadap bahan yang dibaca dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan pada proses menulis yang sesungguhnya berdasarkan rencana yang disusun tadi. Hasilnya disebut konsep pertama.
Tindak lanjut berikutnya ialah mengadakan revisi. Pekerjaan ini luar biasa pentingnya. Yang terpenting ialah mematut-matut kembali gaya kalimatnya. Kalau ada kaliamt yang dirasa kurang perlu, sebaiknya buang saja. Yang canggung tentu dilancarkan, yang keras dilembutkan, kata yang tidak fungsional, keluarkan, dan kalimat atau pengungkapan yang berpanjang-panjang singkatan.
Ada tiga macam kategori penyingkatan yang umum ditemui. Pertama, penyingkatan yang bersifat merombak struktur kalimat. Kedua, penyingkatan kata atau bagian kata yang dirasa kurang perlu. Dan ketiga, “penyunatan” ungkapan yang berkepanjangan.

3.1 Penyingkatan kalimat
Dalam konsep pertama, munculnya kalimat panjang lumrah sekali. Ini sebetulnya bukan masalah, asalkan kemudian dilakukan usaha penyingkatan. Tindakan ini sangat perlu, lebih-lebih terhadap kalimat permulaan dalam sebuah alenia. Penyingkatan itu pasti akan memberikan efek yang lebih baik. Sebab, kalimat yang lebih pendek lebih jelas dan terang maksudnya dibanding kalimat yang lebih panjang.
Kalimat mula dalam sebuah alenia sebaiknya berupa kalimat sederhana atau kalimat tunggal. Sebab, kalimat itu memberikan pengaruh bagi pembaca dalam menangkap gagasan apa yang hendak dibicarakan penulis dalam alenia itu. Selain itu, kalimat sederhana itu sebaiknya sebuah pernyataan atau pertanyaan yang bersifat umum, sebuah generality, tidak berisi perincian atau detil.
Penyingkatan kalimat bertujuan untuk membuat kalimat lebih bertenaga, untuk menolong pembaca agar terbuka selera dan minatnya untuk terus membacanya dengan kemauan sendiri. Seorang penulis yang efektif tidak akan menyatakan sesuatu dalam dua atau tiga tarikan napas atau lebih. Dan disinilah masalah penyingkatan kalimat memainkan peranannya.

3.2 “Penyikatan” kata
Dalam membuat kalimat lebih bertenaga, “menyikat” habis kata yang kurang perlu juga biasa dilakukan oleh penulis ternama sekalipun. Sasarannya adalah kata yang berlebih, yang kurang jelas fungsinya didalam kalimat. Kata yang fungsinya kurang jelas perlu disingkirkan dari dalam kalimat. Kalau tidak, kekompakan kata akan terganggu karenanya, berganti dengan kecanggungan yang kurang mengenakkan.
Seringkali pemakaian kata yang berlebih itu terjadi karena ingin memberikan penekanan yang tidak perlu. Kadang-kadang juga disebabkan kebiasaan mengiringi sebuah kata dengan sinonimnya.
Dalam menggunakan kata depan, orang juga sering terpeleset pada kelebihan penggunaan kata. Misalnya dalam pemakaian kata dari, pada, dariapda, oleh, dan sebagainya. Kerap kita baca : Peristiwa itu sudah diketahui oleh Presiden. Akan lebih dinamis kalau disebut Peristiwa itu sudah diketahui Presiden.
Selain itu, bentuk penyikatan yang lain dapat pula dilakukan terhadap morfem yang kurang efektif. Contoh :
Mudah-mudahan hal ini ada kemanfaatannya
Mudah-mudahan hal in ada manfaatnya


3.3 Pembabatan pengungkapan yang berkepanjangan
Bentk lain penyingkatan ialah “membabat” pengungkapan yang berkepanjangan. Biasanya sasaran penyingkatan ini berupa kelompok kata; mengubahnya menjadi bentuk yang lebih singkat dan padat. Pengungkapan kata yang berkepanjangan seringkali menyebabkan sebuah kalimat kurang bertenaga. Bentuk pengungkapan berkepanjangan antara lain :
Berkepanjangan
Disingkat
- Menjadi sebab
- Mengambil keputusan
- Memainkan peranan
- Untuk menyebabkan
- Untuk memutuskan
- Untuk berperan

4. Pola yang efektif
Pola yang efektif sebetulnya tidak ada. Yang ada ialah cara yang efektif dalam mengisi pola itu, guna merangkaikan maksud dengan jelas. Dan cara yang efektif itu akan melahirkan kalimat yang efektif pula. Itulah sebabnya pola yang baik bukan merupakan tujuan dalam menghasilkan sebuah karya tulis. Pola yang betul itu hanya sekedar alat, agar unsur yang ada didalam bangun kalimat itu saling bekerja sama dengan baik. Dan menyangkut dengan gaya kalimat, soalnya bagaimana agar unsur yang mewakili pikiran utama tetap tertonjol, bukan sebaliknya.
Terutama pada kalimat luas yang berisi sebuah ruas utama untuk menghasilkan kalimat yang berkekuatan, posisi ruas utama itu hendaknya diperhatikan, agar ia tetap terpancang dengan jelas.

4.1 Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsur yang setara dalam konstruksi yang sama. Konstruksi yang seharian dan yang sejalan itu biasanya menampakkan diri dalam hal berikut : sama-sama berbentuk kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda. Atau untuk lebih jelasnya, kalau berawalan me sama-ama berawalan me, berawalan di sama-ama berawalan di, dan kalau berbentuk ke – an sama-sama berbentuk ke – an pula. Contohnya :
Yang dilakukan selama ini di kampung ialah mengurus harta pusaka, menyudahkan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.
Seorang penulis yang efektif biasanya pintar memanfaatkan gaya paralelisme untuk membuat kalimat mereka indah dan menyenangkan. Sebaliknya, kaliamt yang tidak mempedulikan keselarasan dan keserasian ini akan terasa canggung dan mungkin juga mengaburkan pengertian.

4.2 Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula dibangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang dianggap penting dalam bagian kalimat. Dalam gaya bahasa disebut repetisi. Misalnya :
Rajin membaca, rajin memperhatikan, rajin mengarang, bisa menjamin kemenangan di kemudian hari.
Tidak seluruh pengulangan itu dapat dikatakan repetisi yang efektif. Berkali-kali mengulang kata yang tidak perlu diulang dapat pula menghasilkan kalimat yang lemah dan tidak menarik. Kata yang sering diulang biasanya akan mengurangi tenaganya, kecuali kalau ada ide penting yang perlu ditekankan untuk minta pembaca.

4.3 Inversi
Acap kali kalimat efektif dapat diusahakan dengan membalikkan pola dasarnya. Kalau struktur biasa punya urutan subjek + predikat, maka dalam bentuk inversi jadi terbalik : predikat + subjek. Artinya, dalam pola dasar kalimat itu predikat muncul lebih dulu, lalu di bagian belakangnya muncul subjek. Misalnya :
Sudah berkali-kali tersiar namanya dalam surat kabar ibukota.
Kabarnya betul-betul pening kepalanya menghadapi persoalan itu.
Inversi termasuk sejenis gaya kalimat. Tujuannya seperti juga tujuan gaya kalimat yang lain. Tujuannya untuk memberikan efek yang lebih besar. Dalam gaya inversi, pengarang ingin menonjolkan suatu keadaan mengenai pokok pembicaraan. Jadi, masalah inversi hanyalah soal penekanan saja. Pola kalimat tidak berubah, hanya letak unsur wajibnya yang bertukar; predikat dulu baru subyek.

4.4 Posisi frase dan klausa
Posisi sebuah frase maupun klausa ada kalanya mempengaruhi kekuatan sebuah kalimat. Sebuah frase atau sebuah klausa yang ditaruh dibagian belakang sebuah kalimat, pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di bagian depan. Contoh :
Posisi belakang
Harta bendanya disita lantaran orangnya banyak di bank .
Posisi depan
Lantaran utangnya banyak di bank, harta bendanya habis disita.
Sepintas tidak ada perbedaan yang berarti antara kedua bentuk frase atau klause yang diletakkan pada bagian depan maupun belakang, pengertiannya sama saja. Tetapi dari sudut efek yang ditimbulkannya, perbedaan urutan atau perlainan posisi frase dan klausa tadi sedikit mengandung persoalan. Apabila frase dan klausa ditampilkan lebih dahulu, berarti pembaca diberi waktu menyiapkan dirinya untuk menangkap ide sentral kalimat itu. Jadi, pembaca ditempatkan pada situasi yang agak sedikit menegangkan sebelum berhadapan dengan inti pikiran dalam kalimat itu.

4.5 Aktif dan Pasif
Kalimat aktif jelas lebih kuat dari kalimat pasif. Kalimat menunjukkan suatu proses dimana subyek melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Dengan demikian predikatnya pasti sebuah kata yang menunjukkan kerja atau perbuatan dan bukan menunjukkan keadaan. Kata yang menunjukkan kerja atau perbuatan tindakan dan sebagainya, lebih kuat dari kata yang menggambarkan keadaan. Contoh :

Aktif
Pasif
· Mereka mulai meneruskan perjalanannya.
· Tiba-tiba ia memalingkan mukanya ke kiri
· Perjalanan mulai diteruskan mereka
· Tiba-tiba mukanya dipalingkannya kekiri

Contoh ini memberi kita petunjuk tentang beberapa hal. Pertama, sebuah kalimat pasif dapat diubah menjadi sebuah kalimat aktif dan begitu pula sebaliknya. Kedua, kalimat aktif lebih bertenaga daripada kalimat pasif. Ketiga, dalam sebuah kalimat aktif, subyek melakukan pekerjaan, sedang dalam kalimat pasif, subyek dikenal oleh perbuatan. Keempat, kaliamt aktif ditandai oleh predikatnya yang terdiri dari kata kerja, sedang kalimat pasif, predikatnya bukan menunjukkan perbuatan melainkan keadaan. Dalam hal ini, morfem me dan morfem di dapat membedakannya dengan tajam :

Aktif
Pasif
· Meneruskan
· mendirikan
· memecahkan
· Diteruskan
· Didirikan
· Dipecahkan

Selain menggunakan morfem di, sebuah predikat kalimat pasif juga bisa terbentuk oleh morfem ber, ter, serta morfem kombinasi ke-an.
Aktif
Pasif
· Langit memperlihatkan cahaya merah keabu-abuan.
· Suaranya yang merdu itu benar-benar mempesonakan kami.
· Langit kelihatan merah keabu-abuan.
· Kami benar-benar terpesona oleh suaranya yang merdu itu.

4.6 Aposisi
Aposisi juga menyangkut pola kalimat dan turut mempengaruhi kekuatan kalimat itu. Misalnya seorang pengarang menulis : Buku itu kalau jadi diterbitkan akan merupakan bacaan yang baik sekali untuk anak-anak. Kelompok kata kalau jadi diterbitkan sebetulnya tidak pada tempatnya ditaruh disana. Tanpa kelompok kata itu kalimat tetap jalan, bahkan jelas lebih berwibawa : Buku itu akan merupakan bacaan yang baik sekali untuk anak-anak. Tetapi pengarang merasa perlu menggunakan kelompok kata tersebut, karena ada hubungannya dengan faktor lain. Maka cara yang efektif telah disepakati begini :
Buku itu – kalau jadi diterbitkan – akan merupakan bacaan yang baik sekali untuk anak-anak.
Konstruksi seperti itulah yang dimaksud dengan istilah aposisi, yaitu – dengan menggunakan tanda tertentu – menyisipkan sekelompok kata atau lebih ke dalam kalimat yang strukturnya sudah betul.





BAB III
KALIMAT BERVARIASI
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea kalimat yang bervariasi itu merupakan “santapan” yang menarik dan nikmat. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja karena memahaminya mudah, tetapi terutama karena sifatnya yang menyenangkan. Dengan demikian mampu membuka selera pembaca.
Pada hakikatnya seorang penulis adalah seorang pembaca. Dan seorang penulis yang efektif otomatis merupakan seorang pembaca yang terbaik. Ia menyadari, membaca merupakan sejenis kerja mental yang bera; memahami maksud sebuah bacaan memang sering kali sukar. Biasanya penulis yang baik itu selalu ingat, membaca itu meletihkan, membosankan, dan acap kali orang merasakan perbuatan membaca sebagai beban mental yang tidak selalu menyenangkan. Oleh sebab itu, pengarang sedapatnya berusaha menghalau keletihan dan kebosanan tadi.
Yang menjadi pangkal persoalan disini ialah bagaimana agar alinea demi alinea dari bacaan yang kita buat itu cukup menarik untuk dibaca. Penulis profesional umumnya mengusahakan hal itu melalui variasi kalimatnya, terutama dalam segi :
(1) cara memulainya,
(2) ukuran panjang singkatnya,
(3) struktur atau polanya, dan
(4) jenisnya.






1. Variasi dalam Cara Memulai
Kalimat pada umumnya dapat dimulai dengan :
(1) subyek,
(2) predikat,
(3) sebuah kata modalitas,
(4) sebuah frase,
(5) sebuah klausa, dan
(6) penekanan yang efektif.
Penulis yang berpengalaman, menggunakan cara di atas untuk menghasilkan alinea yang kalimat-kalimatnya bervariasi. Agar lebih jelas, marilah kita lihat penjelasan berikut ini.

1.1 Memulai Kalimat dengan Subyek
Perhatikan contoh berikut, yang semuanya dimulai dengan subyek:
a. Mencari kekayaan bukanlah hal yang tidak halal.
b. Mencari kekayaan adalah hal yang normal.
c. Orang kaya bukanlah orang yang jahat.
d. Tuhan tidakkah akan memberkati orang yang bekerja dengan tekun dan jujur?
Kalimat yang dimulai dengan cara subyeknya terletak di bagian depan, sangat banyak dipakai dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Ini merupakan cara yang umum dan barang kali orisinal di dalam memulai kalimat. Maka cara-cara lain dalam memulai kalimat adalah merupakan variasi saja dalam menghasilkan komunikasi yang efektif.
Di dalam suatu karangan, tegasnya di dalam sebuah alinea, kalimat itu sudah lain situasinya, dibanding ketika berdiri sendiri-sendiri. Di dalam sebuah karangan, kalimat itu sudah terikat oleh hubungan kerja sama, suatu situasi, dan suatu tema atau topik. Situasi itu langsung mempengaruhi pembaca. Jadi efek yang ditimbulkan bukan lagi oleh masing-masing kalimat, melaiankan situasi yang membentuk kerja sama tadi. Kerja sama yang lancar akan memberikan kesan yang menyenangkan. Dan sebaliknya kerja sama yang tidak lancar, kaku memberikan kesan yang kurang ramah, dan menegangkan. Variasi dapat menciptakan keramahan dan menghalau ketegangan.

1.2 Memulai Kalimat dengan Predikat
Untuk menciptakan variasi dalam sebuah alinea, kalimat dapat diawali dengan predikat. Dapat pula dimulai dengan membalikkan predikat ke depan, kemudian subyeknya menyusul dan seterusnya disusul lagi dengan bagian-bagian kalimat yang lain. Kalimat yang dimulai dengan predikat itulah yang disebut inversi. Unsur inversi bukan hanya terdapat pada permulaan kalimat, tetapi bisa juga di tengah.

1.3 Memulai Kalimat dengan Sebuah Kata Modal
Untuk memberikan variasi kalimat dalam sebuah alinea penulis dapat menggunakan sebuah kata modla untuk mengawali kalimatnya. Perbandinga di bawah ini dapat memberi petunjuk yang lebih jelas lagi mengenai kalimat yang diawali dengan sebuah kata modal.

Dengan Sebuah Kata Modal

Dengan Subyek
Agaknya persoalan itu akan cepat selesai kalau yang berwajib ikut turun tangan.

Persoalan itu Agaknya akan cepat selesai kalau yang berwajib ikut turun tangan.
Banyak ia menemui kesukaran ketika menyelesaikan tugas itu.

Banyak ia menemui kesukaran ketika menyelesaikan tugas itu.
Tiba-tiba aku teringat suatu peristiwa yang aku sendiri sudah lama berusaha melupakannya.

Tiba-tiba aku teringat suatu peristiwa yang aku sendiri sudah lama berusaha melupakannya.

Semua kata yang dicetak tebal berfungsi sebagai kata modal dalam kalimat yang bersangkutan. Di dalam bahasa Indonesia, cukup banyak kata yang dapat berfungsi selaku modal. Fungsinya ialah untuk untuk memberi warna, sehingga pengertian kalimat itu seluruhnya dapat diubah. Berbagai macam sikap bisa kita lukiskan menggunakan kata modal di dalam sebuah kalimat: keragu-raguan, kepastian, kesungguhan, keharusan, keharuan, dan sebagainya.
Untuk menyatakan keragu-raguan : agaknya, barangkali, kira-kira, mungkin, rsanya.
Untuk menyatakan kepastian: tentu, pernah, pasti, jarang, betul, sekali-kali, sering.
Untuk menyatakan kesungguhan: sungguh, sesungguhnya, sekali-kali, benar, sebenarnya, lambat-laun, lama-lama.
Demikian antara lain bentuk kata modal, baik di tengah-tengah kalimat maupun untuk memberikan variasi dalam memulai sebuah alinea.sebuah kata yang bisa mengubah arti keseluruhan sebuah kalimat, maka kata itu dapat digolongkan sebagai kata modal dan dapat ditempatkan pada posisi awal sebuah kalimat. Namun kata itu bukanlah sebuah subyek dan bukan pula predikat.

1.4 Memulai Kalimat dengan Sebuah Frase
Kalimat yang diawali dengan sebuah frase dapat pula digunakanuntuk keperluan variasi di dalam sebuah alinea. Kalimat yang dimulai dengan frase dapat ditempatkan pada permulaan alinea,di tengah atau pada bagian akhirnya. Di dalam sebuah alinea terdapat lebih dari satu kalimat yang diawali dengan sebuah frase. Namun yang menjadi soal di sini bukanlah segi banyaknya, melainkan pemanfaatan sebuah frase dalam variasi kalimat.
Anda, mungkin akan menemukan bermacam-macam frase pada awal kalimat, dan semuanya dapat dilihat dari sudut variasi, untuk lebih jelas, perhatikan contoh dibawah ini ;
Sambil menghapus air mata, anak itu terus membuntuti ibunya.
Sampai batas-batas yang luas, filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil pemikiran yang bebas.
Pada musim panas tahun 1969, saya bersama keluarga bepergian keliling dunia dari Tokyo ke Inggris.
Semua kelompok kata yang dicetak tebal pada contoh di atas di sebut frase. Karena letaknya di bagian depan maka disebut frase depan. Sebuah frase tidak selamanya terdapat di depan kalimat, melainkan bisa juga di tengah atau di akhir kalimat. Berikut ini adalh contoh frase yang menempati posisi tengah dan akhir.
Anak itu terus membuntuti ibunya sambil menghapus air mata.
Filsafat sampai batas-batas yang luas boleh dikatakan merupakan suatu hasil pemikiran yang bebas.
Saya bersama keluarga bepergian keliling dunia dari Tokyo ke Inggris selama musim panas tahun 1969.
Tata bahasa biasanya mengajarkan berbagai macam keterangan predikat yang sering kali kita lihat dalam bentuk frase. Diantaranya ada yang bernama keterangan waktu, keerangan sebab, keterangan perihal, keterangan kualitas dan banyak istilah yang lain.
Tata bahas juga membuat perbedaan antara frase dan kalimat. Pertama, frase itu sering kali merupakan bagian dari sebuah kalimat. Kedua, sebuah frase belum memiliki pengertian yang lengkap. Dan ketiga, di dalam sebuah frase tidak terdapat subyek dan predikat.

1.5 Memulai Kalimat dengan Sebuah Klausa
Memulai kalimat dengan sebuah klausa termasuk salah satu cara pula untuk menciptakan adanya variasi. Seperti juga sebuah frase, sebuah klausa juga bisa menempati posisi awal sebuah kalimat. Seuah klausa hanya ditemui di dalam kalimat luas, tidak soal apakah letaknya di depan, di tengah, atau di belakang. Namun untuk keperluan variasi kalimat di dalam sebuah alinea klausa bisa di gusur ke bagian depan. Contoh kalimat yang dimulai dengan sebuah klausa ialah:
Dalam lapangan apa pun kita bekerja, perbuatan kita sehari-hari akan lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita dengar daripada apa yang kita lihat, kita rasakan, dean sebagainya. (Drs. Jazir Burhan)
Seandainya manusia tiada berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. (W.J.S. Poerwadarminta)
Kalau pertumbuhan bahasa Indonesia dibiarkan semaunya saja seperti selama ini, bahasa Indonesia akan jatuh kembali hanya menjadi bahasa pergaulan saja. (Ajib Rosidi)
Dalam contoh ini, semua kelompok kata yang dicetak tebal adalah sebuah klausa. Tata bahasa juga membuat perbedaan antara klausa dan sebuah frase. Perbedaan itu dapat dilihat dalam perbandingan di bawah ini:
Klausa

Frase
Dalam lapangan apapun kita bekerja

Dalam lapangan olahraga
Walaupun umurnya sudah tua

Walaupun demikian
Seandainya manusia tiada berbahasa

Kalau begitu
Jika karangan telah selesai ditulis

Jika telah selesai

Jelaslah bahwa antara klausa dan frase terdapat sedikit perbedaan. Di dalam sebuah klausa terdapat unsur subyek dan predikat, sedangkan frase tidak. Klausa adalah sebuah kalimat yang telah dimasuki oleh sebuah kata penghubung. Bila kata penghubung itu dihilangkan sebuah klausa akan berubah menjadi sebuah kalimat sederhana. Contoh:
Klausa

Kalimat
Walaupun umurnya sudah tua

Umurnya sudah tua.
Pada waktu kami sampai di sekolah

Kami sampai di sekolah.
Karena semua sudah selesai

Semuanya sudah selesai.
Sebelum orang tuanya meninggal

Orang tuanya meninggal

Kata penghubung yang sering digunakan dalam membentuk sebuah klausa misalnya kata setelah, seandainya, ketika, lantaran,. Agar, sekalipun, bagaikan, dan kata lain yang sekeluarga.
wadarminta)
ini. kan lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita dengar daripada apa yang kita lihat, kita rasakan,
1.6 Memulai Kalimat dengan Penekanan yang Efektif
Kalimat di dalam sebuah alinea bukan tidak pernah dimulai dengan subyek saja. Ini bukanlah suatu kekecualian. Bila terdapat sebuah alinea yang kalimatnya selalu diawali dengan subyek, itu menandakan ada efek lain yang inga\in dikejar penulisnya. Walaupun ini tampaknya bertentangan dengan prisip-prinsip variasi, tapi untuk memburu keefektifan, tidak ada salahnya. Bahasa tidak diikat oleh keteraturan-keteraturan yang kaku. Bila perlu, sanggup melawan prinsip demi fungsinya sebagai alat komunikasi. Bila suatu cara dianggap efektif untuk suatu maksud, dan itu perlu dilaksanakan, maka di sana ketentuan-ketentuan tata bahasa atau ketentuan-ketentuan apapun tidak berdaya menghalanginya. Didalam bahasa memang sering terjadi dari norma-norma. Terjadinya penyimpangan itu adalah karena keinginan memburu efek yang maksimal, sehingga mampu memberikan gambaran yang senyata-nyatanya. Penekanan ini, ternyata efektif, lalu kita sebut penekanan yang efektif.



2 Variasi dalam Panjang-pendek Kalimat
Variasi kalimat bisa pula diusahakan dengan sekaligus mempergunakan kalimat pendek dan kalimat yang agak panjang dalam sebuah alinea. Kalimat panjang maupun singkat mempunyai nilai sendiri-sendiri. Kerjasama kedua kalimat yang berbeda ini biasanya dapat menghalau kejemuan, keletihan, dan sebaliknya bisa memberikan tenaga yang memikat juga.

2.1 Keefektifan kalimat Singkat
Kalimat singkat memainkan peranan tertentu dalam sebuah karangan. Misalnya dalam sebuah alinea kalimat singkat tidak sama tugas serta fungsinya dengan kalimat panjang. Kalimat singkat biasanya bertugas menyatakan penegasan atau kepastian. Terutama dalam karangan yang bersifat argumentatiff, fungsi kalimat itu jelas sekali. Bila ada suatu sikap yang perlu ditegaskan atau suatu kepastian yang perlu dinyatakan, kalimat singkatlah yang melaksanakan. Disamping memberikan variasi, kalimat singkat juga akan menjadikan karangn lebih komunikatif.

2.2 Keefektifan Kalimat Panjang
Tiap penegasan tentu memerlukan uraian dan perincian. Inilah terutama tugas serta fungsi kalimat panjang dalam sebuah alinea. Tugas kalimat panjang yaitu harus memberikan uraian, ulasan, analisa, detil, alasan tertenru, data, dan lain sebagainya. Memang kalimat panjanglah yang lebih tepat untuk tugas ini buat memperjelas,memerinci, supaya segala sesuatunya menjadi lebih terang serta meyakinkan.
Bagaimana kalimat yang lebih panjang memberikan uraian, perincian, ulasan, fakta, dan sebagainya. Agar lebih jelas, perhatikan contoh yang ditampilkan dengan menderetkannya ke bawah, supaya lebih mudah membandingkannya.
Menekankan : è Bertemu dengan buku tak ubahnya bertemu dengan seorang manusia.
Merinci : è Kita boleh suka atau tidak suka kepadanya, setelah mengadakan pertemuan dengan seseorang, tapi terlebih dahulu kita harus mendengarkan ia bicara.
Menekankan : è Hanya dengan demikian kita dapat mengetahui orang lebih dalam tentangnya.
Merinci : è ada orang yang pada pandangan pertama saja menimbulkan simpati atau antipati pada diri kita, tapi tak mustahil kesan itu berubah setelah kita berbicara dan bertemu dengannya.
Menekankan : è Demikian juga dengan buku
è sebelum membacanya, perasaan antipati sebaiknya disimpan dulu.
è Mungkin berubah kalau kita sudah membacanya.
Merinci : è Dan kalaupun kelak tetap tidak menyukainya, kita akan dapat mengemukakan sebab-musababnya.
è Adalah lebih baik kita tidak menyukai sesuatu atau seseorang setelah kita mengetahui sebab-musababnya daripada secara apriori belaka.
Menekankan : è Apalagi menyukainya!

Peranan yang dimaikan oleh kalimat yang lebih panjang dibanding dengan kalimat yang lebih singkat, jelas sekali pada contoh ini.
, alasan tertenru, data, dan lain sebagainya.
3 Variasi dalam Struktur Kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya dilihat dari sudut variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang struktur kalimatnya sama semua. Ini senantiasa dijadikan sasaran apabila mereka menginginkan karagaman struktur. Yang di dalamnya bisa dijumpai kalimat sederhana, kalimat luas, maupun kalimat gabung. Keragaman juga melingkupi berbagai macam pola lain yang terbentuk akibat menggeser unsur-unsur tertentu. Misalnya, pola yang tersusun akibat cara memulainya yang khusus. Termasuk pola yang kita kenal dengan istilah inversi, kalimat aktif, dan kalimat pasif.

4 Variasi dalam jenis kalimat
Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat dapat menghasilkan berbagai jenis variasi. Di samping kalimat berita, juga digunakan kalimat tanya, kalimat pinta, dan kalimat seru. Begitu pula di samping kalimat tidak langsung juga digunakan kalimat langsung. Berdasarkan fungsinya kalimat dibedakan menjadi empat jenis.
Kalimat berita, kalimat yang berfungsi memberitahukan sesuatu.
Kalimat pinta, fungsinya menyatakan kehendak, keinginan, harapan, dan lain sebagainya.
Kalimat tanya, kalimat yang menyatakan pertanyaan.
Kalimat seru, berfungsi menyatakan perasaan yang kuat. Misalnya perasaan haru, kagum, heran, benci, jengkel, kecewa, dan sebagainya.
Disamping kalimat tersebut, ada lagi kallimat lain yang di sebut kalimat langsung dan tidak langsung. Disebut kalimat langsung apabila menyatakan ucapan-ucapan orang lain menurut apa adanya. Bila ucapan seseorang dilukiskan dengan kata-kata dan kalimat sendiri, dengan maksud yang sama maka hasilnya adalah kalimat tidak langsung.
4.1 Variasi dengan Kalimat Tanya
Kalimat tanya ternyata efektif untuk menghasilkan variasi kalimat dalam karya tulis. Memang sukar untuk menampilkan kalimat tanya dalam setiap alinea karangan. Dalam tiap karangan biasanya selalu ada bagian yang khusus memberikan informasi. Di sini kalimat beritalah yang terutama memainkan peranan. Akan tetapi, sebuah karangan tidak begitu menarik apabila di dalamnya hanya terdapat kalimat berita atau ditambah dengan kalimat pinta bagaimanapun halusnya cara penyampaiannya. Dengan kalimat berita saja, penulis berarti omong sepihak saja. Untuk itu kalimat tanya diikutsertakan. Dengan sekali-kali menampilkan kalimat tanya berarti pembaca seakan-akan diajak turut serta dalam pembicaraan itu. Kalimat tanya tidak selamanya bersifat menanyakan karena tidak tahu, akan tetapi juga dapat digunakan untuk keperluan variasi. Sebuah kalimat tanya misalnya, mengapa, apakah, bukankah, benarkah, bagaimana kalau, dan lain sebagainya.

4.2 Variasi dengan Kalimat Seru
Namanya saja kalimat seru. Suatu permainan bisa menjadi lebih seru manakal ia dapat berperan secara tepat. Dalam sebuah karangan, kalimat seru bukan membuat bacaan menjadi lebih seru, melainkan berfungsi membahasakan ekspresi-emosional yang kuat.

4.3 Variasi dengan Kalimat Langsung
Variasi dengan kalimat langsung dapat diuashakan dengan kalimat langsung. Dalam memaparkan ucapan atau pendapat orang tentang sesuatusoa, penggambaran dengan kalimat langsung biasanya lebih kongkret. Banyak sumber untuk menghasilkan kalimat langsung dalam suatu karya tulis. Seperti hasil wawancara, atau tanya-jawab, pidato, atau ceramah, sebuah buku, ucapan seorang pelaku dari sebuah cerita fiksi. Beberapa ucapan yang kita rasa penting, dan yang kita anggap ucapan ekspresif, kita tampilkan dalam bentuk kalimat langsung.





















BAB IV
KESIMPULAN
Kalimat efektif itu mampunyai tenaga gaib yang dapat manggerakkan tenaga, hati, pikiran dan emosi orang serta dapat menyuruh orang menangis, tertawa dll. Sebaliknya, ada juga kalimat yang tidak bertenaga karena disebabkan oleh pemikiran tentang “apa yang dikatakan”soal gaya bahasa adalah hasil dari pemikiran tentang “bagaimana mengatakan sesuatu”. Gaya kalimat di dalam karyatulis dapat tercipta melalui suatu cara yang umum,yaitu memaparkan apa yang dimaksud dengan langgam bicara. Untuk dapat menghasilkan kalimat dengan langgam bicara ini harus dapat memilih kata dan tentng konstruksi yang efektif
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kata ialah:
Ø menentuka kata yang tepat ,kemudin memakai pada kata yang tepat
Ø manjauhkan kata klise
Ø memberkan konotasi yang tepat pada suatu kata
Kalimat efektif itu berfariasi,variasi kalimat dapt diusahakan lewat empat cara dengan cara memulainya,menentukan panjang singkatnya, keragaman struktur atau polanya, dan menyelang-nyalingnya dengan kalimat Tanya, kalimat seru, dan kalimat langsung.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Perkembangan Kepribadian

Pengertian

Dalam kehidupan sehari-hari istilah kepribadian biasa digunakan.
Penggunaan itu antara lain :
Kepribadian sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh seseorang.
Kepribadian merupakan pengaruh seseorang terhadap orang lain.
Kepribadian semat-mata faktor jasmaniah atau semata-mata hasil kebudayaan.
Saat ini definisi kepribadian yang dipakai kebanyakan menganut definisi yang dikemukajan oleh Alport.
Alport mengemukakan bahwa “ Kepribadian merupakan suatu organisasi yang merujuk kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks dan mengandung banyak aspek “
Dalam pengertian umum, Kepribadian dapat didefinisikan bahwa kepribadian merupakan kebiasaan seseorang yang mencerminkan perilaku fisik dan mental, kebiasaan, ketertarikan, dan kebiasaan hidup.

Sifat-sifat Kepribadian
Kepribadian bersifat dinamis yaitu berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan.
Kepribadi meliputi aspek fisik dan psikis yang saling mepengaruhi dan membentuk satu kesatuan.
Kepribadian selalu dalam penyesuaia diri yang unik. Artinya kepribadian seseorang akan selalu berbeda dengan orang lain.

Komponen Kepribadian
Konsep Diri
Merupakan persepsi maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri atau sebagai bayangan dari cermin diri.
Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain, reaksi orang lain terhadap dirinya,
Konsep Diri mempunyai aspek yaitu : Fisik dan Psikis.
Aspek fisik merupakan konsep yang dimiliki seseorang berkenaan dengan penampilannya, kesesuaianya dengan peran yang disandangnya sesuai dengan gender ( jenis kelamin )
Aspek Psikis berkenaan dengan kemampuan dan ketidakmampuan dirinya, harga diri, dan hubungannya dnengan orang lain.
Sifat-sifat seseorang
Merupakan kualitas perilaku atau pola penyesuaian yang spesifik.
Sifat Seseorang memiliki 2 ciri menonjol yaitu:
1. Individualitas
Hanya memperlihatkan kuantitas cirri tertentu dan bukan kekhasan yang dimiliki orang lain.
2. Konsistensi
Seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa.

Macam Tipe Kepribadian

Tipe kepribadian manusia berasal dari Socrates,
Membagi berdasar cairan tubuh yang dominan.
Pembagian tipe kepribadian tersebut adalah sebagai berikut.
§ Sanguinis
§ Melankolis
§ Kholeris
§ Phlegmatis
1.1 Sanguinis adalah orang yang populer. Suka cerita, banyak omong, dan selalu menjadi pusat perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Orang sanguinis gampang bergaul dan mudah berteman. Salah satu kelemahannya adalah sifatnya yang moody, atau tergantung suasana hati. Kadang ia cepat gembira, namun tiba-tiba menangis, atau sebaliknya. Profesi yang berkutat di bidang entertainment/hiburan biasanya diwarnai dengan orang-orang yang bertipe sanguinis.
1.2 Melankolis adalah orang yang perfeksionis. Suka akan hal-hal yang detil dan membutuhkan ketelitian. Salah satu kelemahan orang melankolis adalah karena sifatnya yang terlalu perfeksionis, kadang-kadang suka menunda-nunda pekerjaan sampai terciptanya suasana yang sempurna. Orang yang bekerja di bidang penelitian/riset biasanya bertipe melankolis.
1.3 Kholeris adalah orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Punya wibawa, punya kemauan kuat, serta biasanya gampang menyuruh-nyuruh orang lain. Kelemahannya tidak semua orang mau disuruh-suruh. Orang yang menjadi pemimpin/manajer biasanya bertipe kholeris.
1.4 Phlegmatis adalah orang yang cinta damai. Sifatnya mengalah, tidak mau terlibat dalam perdebatan. Kelemahannya antara lain karena terlihat lemah, kadang-kadang dipermainkan oleh orang lain. Orang phlegmatis biasanya ada di profesi-profesi yang tidak banyak konflik.
Pembagian tipe kepribadian berdasarkan cairan tubuh di atas, pada dasarnya bersifat sangat umum. Banyak orang yang mempunyai sifat gabungan dari tipe-tipe yang ada. Yang jelas dengan mengenali kepribadian sendiri, dapat membantu menentukan cita-cita/rencana hidup selanjutnya. Yang jelas nobody's perfect, tidak ada orang yang sempurna. Masing-masing orang sudah dikaruniai Tuhan kelebihan dan kekurangan. "http://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Tipe_Kepribadian

2. Menurut Kretchmer dan Sheldon
Dasar pengelompokan adalah keadaan fisik/ bentuk tubuh :
Tipe Astheniscus atau Ectomorphic
Orang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berfikir abstrak dan kritis, suka melamun, dan sensitive.
Tipe Pycknicus atau Endomorph
Orang bertubuh gemuk pendek memiliki sifat periang, suka humor, popular, dan mempunyai hubungan sosial luas, benyak teman, dan suka makan.
Tipe Athleticus atau Mesomorphic
Orang yang bertubuh sedang atau atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, mudah menyesuaikan diri.

3. Menurut JUNG
Pengelompokan kepribadian berdasar kecenderungan hubungan sosial seseorang.
3.1 Tipe Ekstrovert
Perhatiannya lebih banyak tertuju ke luar
3.2 Tipe Introvert
Perhatiannya tertuju ke dalam dirinya dan dikuasai nilai-nilai subjektif

4. Menurut Spanger
Pengelompokan berdasarkan kecenderungan seseorang akan nilai-nilai dalam kehidupan.
4.1 Tipe Teoretik
Pada tipe iniorang memiliki sifat pemikir kritis.
4.2 Tipe Economic
Pada tipe ini sifat orang sangat mengutamakan uang. Segala sesuatu diukur dengan uang
4.3 Tipe Aesthetic
Pada tipe ini orang sangat menyukai keindahan, dan uang tidak ada artinya.
4.4 Tipe Sociatic
Pada tipe ini orang sangat menyukai hal-hal yang bersifat sosial.
4.5 Tipe Politic
Pada tipe ini orang sangat mementingkan pada kekuasaan.
4.6 Tipe Relegius
Pada tipa ini orang mengangap segala sesuatau dilihat dari sudut pandang agama.

5. Renee Baron dan Elizabeth Wagele, lewat buku yang berjudul
enneagram, berusaha untuk menjelaskan kesembilan tipe tersebut agar lebih mudah dimengerti.
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia5.1 Perfeksionis Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan
benar,memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.5.2 Penolong Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai,
mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari
kesan membutuhkan.5.3 Pengejar prestasi Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang
yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.5.4 Romantis Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami
perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup,dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
5.5 Pengamat Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala
sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan
menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki
jawaban.5.6 Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
5.7 Petualang Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta
merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia
dan terhindar dari derita dan dukacita.5.8 Pejuang Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri
sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan
lemah.5.9 Pendamai Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian,
menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.
Karakter Anak
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk ssepenuhnya. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan.
Karakteristik anak dapat dikelompokan secara sederhana, yaitu :
1. kelompok anak yangmudah dan menyenangkan
2. kelompok anak yang yang biasa-biasa saja,
3. kelompok anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial

Faktor yang mempengaruhi
perkembangan pola kepribadian mengungkapkan bahwa ada 3 faktor yang menentukan perkembangan kepribadian seseorang termasuk peserta didik SD/MI.
1. faktor bawaan
sifat yang diturunkan secara genetik,
misalnya sifat pemarah anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat pemarah. Demikian juga, wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan.al anak dipengaruhi oleifat pemarah. faktor yang menentukan
2. Pengalaman awal
Dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil.
Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya
3. Pengalaman kehidupan selanjunya
Hal ini dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada.
Karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pad diri seseorang
Pada perkembangan kepribadian anak tidak ada kepribadian dan sifat-sifat anak yang benar-benar sama.
Tiap anak adalah individu yang unik dan mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosiala yang berbeda secara pribadi.
Hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah persistensi atau ketetapan dalam pola kepribadian.
Persistensi dapat disebabkan oleh :
1. Kondisi bawaan anak
2. Pendidikan yang dialami/ diterima anak,
3. Nilai-nilai orang tua dan ingkungan kelompok teman sebaya,
4. Peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial

Komponen Kesehatan Mental
Sehubungan dengan perkembangan kepribadian, perlu dijaga dan dikondisikan agar terbangun mental yang sehat.
Kesehatan mental memiliki 3 komp[onen utama, yaitu :
1. memiliki rasa diri berharga sebagai landasan bagi penerimaan diri dan bekal untuk menerima orang lain, serta mendapat gambaran dirinya asecara positif sehingga dapat menggunakan kemampuannya untuk dirinya sendiri dan orang lain .
2. merasa puas akan perannya dalam kehidupan di keluarga sekolah dan masyarakat sehingga ia merasa diterima dan puas dengan perannya tersebut.
3. terjalin hubungan baik dengan orang lain sehingga dapat bekerja sama.
Kesehatan mental seseorang hampir seluruhnya tercipta berkat interaksinya dengan lingkungan di sekitar anak.
Ketidaksehatan mental mungkin berawal dari individu anak ataupun lingkungannya.


Agar tercipta kesehatan mental maka perlu
1. menciptakan lingkungan sosio-psikologis yang sehat dan wajar
2. menciptakan interaksi dengan anak yang didasari kasih sayang dan penghargaan anak sebagai individu,
3. memelihara kesehatan fisik anak sehingga dapat mengikuti berbagai aktivitas belajar dan bermain
4. menciptakan dan memotivasi anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang sesuai dengan usia, minat dan bakatnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Faktor-faktor yang Mempengaruhi belajar
A. Faktor – faktor Intern
1. Faktor JasmaniahA
a) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya / bebas dari penyakit. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Maka hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi kecacatannya.

2. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi menurut J.P Chaplin, kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu 1) Kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, 2) mengetahui / menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, 3) mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegesi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berasil dalam belajar. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara faktor yang lain. . lebih berhasil daripada yang mpada yang mmempunyai tingkat intelegesi yang rendah
b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, semata-mata tertuju kepada suatu obyek. Agar siswa dapat belajar dengan baik usahakalah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan dan disertai rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan , karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Contoh : orang yang berbakat mengetik akan lebih cepatdalam mengetik dibanding yang kurang/tidak berbakat dalam mengetik.
e) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam menentukan tujuan dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sementara yang menjadi penyebab berbuat adalah motif, sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa belajar dengan baik, misal mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajar. Motif-motif di atas dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan-lingkungan.enyeba
f) Kematangan
Kematangan adalah sutu tingkat dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap bejalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap menulis. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran (anak yang sudah siap/matang belum tentu dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar).
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon. Kesediaan timbul dari dalam diri, berhubungan dengan kematangan. Jika sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (psikis)
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak /kurang lancar pada bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatau hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja (terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat).
Kelelahan baik secara jasmani maupun roho\ani dapat dihilangkan dengan cara-cara berikut :
(1) Tidur
(2) Istirahat
(3) Mengusahakan variasi dalam belajar/bekerja
(4) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran dara, misalnya obat gosok
(5) Rekreasi dan ibadah teratur
(6) Olahraga secara teratur
(7) Mengimbangi makan dengan makan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
(8) Jika kelelahan terjadi terus-menerus, hubungi dokter, psikiater, konselor dll.

B. Faktor – faktor Ekstern
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
a) Cara Orang Tua Mendidik
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya maka menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.
Mendidik anak dengan cara memanjaknnya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar, dengan alasan segan adalah tidak benar. Jika dibiarkan anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja.
Mendidik dengan memperlakukannya secara keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik anak yang juga salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar.
b) Relasi antaranggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudara-saudaranya. Wujud relasi ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian ataukah diliputi kebencian, dan sikap yang terlalu keras. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalh hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak.
c) Suasana Rumah
Agar anak belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, ini juga akan membuat anak merasa kerasan dan betah di rumah.
d) Keadaan Ekonomi Keluarga
Jika anak hidup dalam keluarga miskin, cenderung kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar juga terganggu. Anak juga bisa merasa minder dengan teman yang lain. Sebaliknya anak yang hidup di keluarga yang kaya dan cenderung berfoya-foya membuat anak kurang memusatkan perhatian pada belajar.
e) Pengertian Orang Tua
Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Bila anak kadang lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan.
f) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan/kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik agar mendorong semangat anak dalam belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu jalan/cara mengajar yang harus dilalui di dalam mengajar.
Menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo, metode mengajar adalah cara menyajikan bahan pelajaran oleh seorang kepada orang lain agar orang lain itu menerima menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa menjadi tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran, sehingga memberi pangarauh siswa malas untuk belajar. Metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.suatu jalan/cara mengajar yang harus dilalui di dalam mengajar.
rang memusatkan perhatian pada belajar.man untuk
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Perlu diingat bahwa sistem belajar-mengajar sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa.iartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. in.di tidak baik pula. lain agar orang lain itu menerima mengu
c) Relasi Guru dengan Siswa
Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa belajar dengan sebaik-baiknya. Dan ini terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari pelajaran yang diberikan gurunya. Akibatnya pelajarannya tidak maju.
d) Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya menggaggu belajar dan menjadikannya malas untuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak.
e) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat kaitanya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa, dll.
f) Alat Pelajaran
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehinggaa siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik.
g) Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Hendaknya proses belajar mengajar dilakukan waktu pagi hari karena pikiran masih segar.
h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran diatas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru.
i) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai dalam setiap kelas.
j) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat, teratur, setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k) Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah disekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan lain.
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa.
a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Manfaatnya dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Namun jika terlalu banyak mengikuti kegiatan tersebut, maka waktu belajarnya akan terganggu jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Misalnya kursus bahasa Inggris, PKK Remaja, kelompok diskusi dll.
b) Mass Media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku.
Mass media dapat memberi pengaruh positif dan negatif bagi siswa tergantung dari siswa tersebut. Sehingga perlu adanya bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan guru dimanapun berada.
c) Teman Bergaul
Teman bergaul juga dapat menimbulkan pengaruh positif dan negatif. Tergantung siswa tersebut bergaul dengan teman yang seperti apa, sehingga diperlukan pengawasan dari orang tua dan guru yang bijaksana.


d) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang mempunyai kebiasaan tidak baik akan berpengaruh jelak untuk siswa yang berada di sekitar masyarakat tersebut. Akibatnya belajarnya terganggu dan juga sebaliknya. Siswa yang berada di lingkungan masyarakat berkebiasaan baik maka semangat belajarnya tidak akan terganggu. Sehingga perlu untuk mengusajhakan lingkungan yang baik agar dapat berpengaruh positif terhadap anak, melalui semangat belajarnya.
BAB II
Belajar dan Mengajar yang Efektif
A. Cara Belajar yang Efektif
1. Perlunya Bimbingan
Salah satu yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Meski demikian, kita dapat membantu siswa dengan petunjuk-petrunjuk umum tentang cara belajar efisien sehingga dapat menjamin kesuksesan siwa. Tanpa usaha, kesuksesan tidak akan tercapai.
2. Kondisi dan Strategi Belajar
Untuk meningkatkan cara belajar efektif agar siswa dapat meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a) Kondisi Internal
Yaitu kondisi yang ada di dalam diri siswa (kesehatan, keamanan, ketentraman).
Menurut Maslow ada 7 jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi yaitu :
(1) Kebutuhan fisiologis
Yaitu kebutuhan jasmani manusia (makan, minum, istirahat, kesehatan). Agar dapat belajar efektif dan efisien siswa siawa harus menjaga kesehatan agar tidak mengganggu konsentrasi belajar.
(2) Kebutuhan akan keamanan
Manusia membutuhkan ketentraman dan keamanan jiwa. Agar cara belajar dapat ditingkatkan kearah yang efektif maka harus dapat menjaga keseimbangan emosi dengan demikian munculah perasaan aman dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan.
(3) Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta
Hidup itu perlu kasih sayang, cinta dari orang-orang terdekat, sehingga memunculkan kebahagiaan. Keinginan untuk diakui sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer. Oleh karena itu belajar bersama kawan-kawan lain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir. Maka diperlukan cara berpikir yang terbuka, kerja sama, memilih materi yang tepat, dan ditunjang visualisasi.
(4) Kebutuhan akan Status
Misalnya keinginan akan keberhasilan. Untuk kelancaran belajar, perlu optimis percaya akan kemampuan diri dan yakin bahwa ia akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Sehingga dengan usahanya itu ada keinginan dapat berhasil dan pastinya banyak berguna bagi dirinya.
(5) Kebutuhan self-actualisation.
Belajar efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik akan dapat membantu tercapainya cita-cita.
(6) Kebutuhan untuk mengerti dan mengetahui
Yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, memperoleh pengetahuan, informasi dan memahami sesuatu. Hanya melalui belajarlah kebutuhan ini dapat terwujud.
(7) Kebutuhan estetik
Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan kateraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. Terpenuhi jika siswa belajar tak henti-hentinya tidak hanya selama pendidikan formal saja, tetapi juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.
b) Kondisi Eksternal
Yaitu kondisi di luar pribadi manusia (kebersihan rumah, penerangan, keadaan lingkungan fisik lain)
(1) ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran
(2) ruangan cukup terang, sehingga tidak mengganggu mata,
(3) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar,
c) Strategi Belajar
(1) Keadaan Jasmani
Diperlukan keadaan jasmani yang sehat untuk mencapai hasil yang baik.
(2) Keadaan Emosional dan Sosial
Siswa yang merasa jiwanya tertekan, yang selelu dalam keadaan takut akan kegagalan yang mengalami kegoncangan karena emosi-emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula bila seorang siswa tidak disukai oleh temannya maka akan menemui kesulitan belajar.
(3) Keadaan Lingkungan
Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran sehingga diperlukan tempat yang tenang, dan peralatan belajar harus sudah disediakan sebelum belajar dimulai, agar tidak terputus-putus belajarnya.
(4) Memulai Belajar
Diperlukan ketepatan waktu dalam belajar agar tidak dirasakan keengganan untuk belajar. Dapat dilakukan dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk mulai belajar tepat waktu.
(5) Membagi pekerjaan
Menentukan apa yang dapat dan harus dikerjakan dalam waktu tertentu. Menyelesaikan tugas dengan perencanaan akan memberi perasaan sukses yang menggembirakan dan menambah kegiatan belajar. Dengan semboyan Devide et Impera optimis menyelesaikan pekerjaan yang banyak.
(6) Adakan Kontrol
Kontrol pada akhir belajar, hingga manakah bahan itu telah dikuasai. Kalau hasil kurang baik, akan nyata kekurangan-kekuranga, maka memerlukan latihan-latihan khusus lagi.
(7) Pupuk Sikap Optimistis
Lakukan segala sesuatu dengan sempurna, pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan dan berpikirlah optimis, bahwa saya pasti bisa.
(8) Waktu Bekerja
Kita harus mematok waktu dalam bekerja, sehingga dalam waktu yang sudah ditentukan maka pekerjaan itu harus selesai, kerena menyeleweng dari waktu itu kegagalan.
(9) Buatlah suatu Rencana Kerja
Dengan adanya rencana kerja dengan pembagian waktu dan lain sebagainya maka suatu pekerjaan akan terlaksana dengan baik.
(10) Menggunakan Waktu
Menggunakan waktu tidak berarti bekerja sampai habis tenaga, tapi kerja sungguh-sungguh dengan tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas. Sehingga menyelesaikan tugas tidak perlu diundur-undur, agar tidak membuang waktu.
(11) Belajar Keras Tidak Merusak
Belajar penuh konsentrasi tidak merusak, sedangkan menggunakan waktu tidur untuk belajar ialah merusak kerena mengurangi waktu istirahat akan merusak badan.
(12) Cara Mempelajari Buku
Sebelum membaca buku lebih dahulu kita coba memperoleh gambaran secara garis besar tentang buku itu.
(13) Mempertinggi kecepatan Membaca
Seorang pelajar sekurang-kurangnya harus mencapai 200 kata / menit dengan cara baca lompatan mata tanpa mengucapkan/ pergerakan bibir / dalam hati karena dapat memperlambat kecepatan.
(14) Jangan Membaca Belaka
Selain membaca kita juga harus memahami isi dari bacaan dan dapat mengatakannya kembali dengan kata-kata sendiri.
Saran-saran untuk mempertinggiefisiensi membaca :
(a) baca suatu pelajaran seluruhnya dengan cepat
(b) Baca lebih lambat untuk kedua kalinya
(c) Ulangi dan camkan
(d) Buat rangkuman
a. cegah “craming”
yaitu menumpuk pelajaran sampai saat terakhir yakni bila saat ulangan / ujian sudah dekat sehingga mereka diburu-buru wakt. Kita lebih baik mengadakan tiga kali ulangan masing-masing dalam waktu 20 menit (distributed learning) oleh sebab :
(a) pengertian yang mendalam diperoleh bila bahan itudirenungkan berkali-kali;
(b) pengertian adalah soal pertumbuhanyangterjadi selama waktu antara 2 ulangan;
(c) penyebaran waktu ulangan mencegah lupa.
b. Membuat Catatan
Merupakan outline / rangkuman tentang gambaran garis-garis besar pelajaran itu. Catatan itu berfaedah bila kita hendak mengulangnya kelak.
3. Metode Belajar
a) Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya
Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah seorang siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur atau disiplin. Cara untuk membuat jadwal yang baik adalah :
a. memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan seharo-hari.
b. menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari.
c. merencanakan belajar dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajaran dan urutan-urutan yang harus dipelajari.
d. menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil terbaik.
e. berhemat dengan waktu.
Cara lain untukmembuat jadwal yaitu :
a. Tidur : + 8 Jam
b. Makan, mandi, olahraga : + 3 Jam
c. Urusan pribadi, dll : + 2 Jam
d. Sisanya (a,b,c) untuk belajar : + 11 Jam
supaya berhasil dalam belajar jadwal yang dibuat harus dilaksanakan secara teratur, disiplin dan efisien.
b) Membaca dan membuat Catatan
Agar dapat belajar dengan baik, perlu membaca dengan baik pula. Salah satu metode agar dapat belajar dengan baik, perlu membaca dengan baik pula. Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai untuk belajar adalah metode SQR4 :
a. Survey – meninjau,
b. Question – mengajukan pertanyaan,
c. Read – membaca,
d. Recite – menghafal,
e. Write – menulis dan
f. Preview – mengingat kembali
Kebiasaan-kebiasaan membaca yang baik menurut Liang Gie adalah sebagai berikut :
a. Memperhatikan kesehatan membaca,
b. ada jadwal,
c. membuat tanda-tanda/catatan-catatan,
d. memanfaatkan perpustakaan,
e. membaca sungguh-sungguh semua buku-buku yang perlu untuk setiap mata pelajaran sampai menguasai isinya.
f. Dan membaca dengan konsentrasi penuh.
c) Mengulang Bahan Pelajaran
Mengulang bahan pelajaran besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan, bahan yang kurang dikuasai serta mudah terlupakan akan tertanam dalam otak. Mengulang dapat dilakukuan secara langsung setelah membaca, cara ini dapat ditempuh dengan membuat ringkasan lalu cara mengulangnya cukup belajar dari ringkasan itu atau dapat juga dengan mempelajari soal tanya jawab yang sudah pernah dibuat.
d) Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lain yang tidak berhubungan. Agar dapat berkonsentrasi dengan baik perlulah usaha berikut : punya minat dan motivasi tinggi, didukung dengan kondisi tubuh yang baik dan linkungan yang mendukung pula.
e) Mengerjakan Tugas
Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan baik. Berikut ini uraian dalam mengerjakan tugas menurut The Liang Gie, Oemar Hamalik dan Dorothy Keiter.
Mengerjakan tugas berupa PR/latihan dari buku pegangan :
Siapkan perlengkapan belajar dan tentukan berapa lama Anda mengerjakan tugas tersebut.
Bacalah petunjuk soal dengan baik, dan bacalah soal satu demi satu.
Kerjakanlah soal yang mudah dahulu.
Jika ada kesulitan lihatlah catatan sebagai tuntunan, dan jika terpaksa masih belum bisa, mintalah petunjuk orang lain yang lebih tahu.
Setelah selesai koreksilah dan betulkanlah jawaban dengan melihat catatan/kunci jawaban.
Simpan dengan baik pekerjaan itu, baik tugas dari guru maupun bukan.
Mengerjakan tugas/test/ulangan/ujian (tertulis) :
Hindari belajar belebihan menjelang saat-saat test (sebaiknya bahan test sudah dipelajari secara teratur sehari/dua hari sebelumnya)
Buatlah ringkasan bahan yang sedang dipelajari, dan pelajari latihan soal/hasil tugas sebelumnya.
Jaga kesehatan dan konsentrasikan perhatian pada tugas yang akan ditempuh.
Persiapkan perlengkapan yang diperlukan.
Datanglah ke tempat test lebih awal dan jangan panik (jangan belajar lagi karena hanya aka mengacaukan pikiran).
Duduklah dengan tenang sambil menunggu pembagian soal.
Bacalah petunjuk soal dan jawablah sesuai petunjuk dan jenis soalnya.
Perhitungkan waktu yang disediakan & kerjakanlah soal mudah dahulu.
Perikasalah jawaban Anda dan jangan terpengaruh oleh jawaban teman lain.
Mengerjakan tugas/test/ulangan/ujian (lisan) :
Masuklah ke ruang test dengan tenang dan sopan serta membawa perlengkapan yang diminta.
Dengarkan dan pahami pertanyaan dengan baik (jangan tergesa-gesa dalam menjawab).
Jawablah dengan sistematis, logis, rasional dan gunakanlah bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
Bila waktunya sudah cukup, pamitlah dengan baik dan sopan.
Sampai di rumah, ceklah jawaban Anda (baik lisan/tertulis) dan betulkanlah jawaban yang salah dengan melihat catatan.
B. Mengajar yang Efektif
1. Pengertian
Mengajar efektif : mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula.
2. Syarat-syarat yang diperlukan untuk melaksanakan mengajar efektif :
ü Siswa harus belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.
ü Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu belajar.
ü Motivasi guru yang tepat pada siswanya, sehingga akan meningkatkan kegiatan belajar.
ü Kurikulum yang baik dan seimbang, yang mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa.
ü Guru perlu mempertimbangakan perbedaan individual, agar dapat mengembangkan kemampuan siswa secara individual.
ü Guru perlu membuat perencanaan sebelum belajar.
ü Guru perlu memberikan sugesti yang kuat kapada siswa untuk lebih giat belajar.
ü Guru harus bisa menentukan sikap yang tepat terhadap berbagai perilaku siswa-siswanya.
ü Guru mampu menciptakan situasi yang demokratis di sekolah (saling menghormati, saling menghargai, bertenggang rasa dll)
ü Guru harus mampu merangsang anak untuk berpikir.
ü Semua pelajaran yang diberikan kepada siswa perlu diintegrasikan, sehingga pengetahuan siswa tidak terpisah-pisah.
ü Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di dalam masyarakat.
ü Dalam interaksi belajar mengajat guru harus memberi kebebasan pada siswa.
ü Pengajaran remedial, hal ini perlu karena banyak faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, sehingga guru perlu meneliti, agar dapat memberikan diagnosa kesulitan belajar.
Ada pandangan lain yang mengemukakan tentang hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam mengajar efektif, diantaranya adalah :
ü Guru harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungkin.
ü Guru harus cinta terhadap pelajaran yang akan diberikan, sehingga guru dapat mengajar secara efektif.
ü Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, guru perlu meneliti hal itu, termasuk juga kemampuan dan prestasi siswa.
ü Penggunaan variasi metode untuk mencegah kebosanan sehingga dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.
ü Seorang guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua bahan pelajaran.
ü Bila guru mengajar harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual dan dipersiapkan sebaik-baiknya.
ü Guru harus berani memberi pujian/penghargaan kepada siswa yang bersikap positif.
ü Guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual.
C. Peranan Guru
Guru mempunyai peran/tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada :
Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan, baik jangka pendek/jangka panjang.
Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi.
Seiring dengan perkembangan ilmu & teknologi serta perkembangan sosial budaya, peranan guru telah meningkat dari yang semula sebagai pengajar menjadi direktur pengarah belajar. Jadi tugas dan tanggung jawab guru telah meningkat pula yaitu sebagai perencana pengajaran, penilai, motivator, dan pembimbing belajar.
Untuk memberikan motivasi belajar ada 4 hal yang dapat dikerjakan oleh guru :
Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
Menjelaskan secara kongkret apa yang harus dilakukan siswa pada akhir pengajaran.
Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Sebagai direktur belajar guru berperan sebagai pembimbing, untuk itu guru diharapkan mampu :
Mengenal dan memahami setiap siswa secara individu/kelompok.
Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar.
Memberikan kesempatan yang memadai kepada setiap siswa agar dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.
Membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadinya.
Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
D. Tuntutan Guru
Untuk dapat menjadi seorang guru ada 4 tuntutan yang harus dipenuhi :
Mengajar mata pelajaran dengan baik :
Ø Dapat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa.
Ø Memiliki kecakapan untuk memimpin.
Ø Dapat menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaan-pekerjaan praktis.
Memiliki hubungan baik dengan siswa
Ø Dapat memberikan nasihat, bantuan kepada siswa.
Ø Dapat kontak dengan siswa di luar kelas
Ø Memiliki minat dan pelayanan sosial.
Ø Memiliki/membuat kontak dengan orang tua siswa.
Memiliki hubungan baik dengan guru lain.
Guru diharapkan mampu bekerja sama dengan guru lain, tidak menimbulkan pertentangan, dapat berdiri sendiri, memiliki kepemimpinan yang baik dan tidak egois.
Guru harus melakukan pencatatan dan penelitian.
Guru harus mempunyai sikap ilmiah & objektif, lebih suka mengukur dan tidak menebak, berminat dalam masalah penelitian, efisien dalam kegiatan tulis-menulis.
Bersikap profesional
Guru harus bersikap sukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra, sabar dan dapat menyesuaikan diri, bersikap konstruktif dan tanggung jawab, mau melatih diri, memiliki semangat untuk melayani terhadap siswa, sekolah dan masyarakat.

Senin, 12 Mei 2008

TANDA BACA

TANDA BACA

Tanda Titik ( . )
1.1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Andi membeli baju baru.
Ayah pergi ke Bandung kemarin pagi.
Hardi naik sepeda putar-putar kota.
1.2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang
Contoh : Muh. Bisri
A.R Hartono
1.3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh : S.E = Sarjana Ekonomi
S.H = Sarjana Hukum
Ir. = Insinyur
dr. = Dokter
1.4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh : tgl tanggal
dkk. dan kawan-kawan
dsb. dan sebagainya
a.n. atas nama
1.5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam , menit, dan detik untuk menunjukkan waktu.
Contoh : pukul 07.34.15 (pukul 7 lewat 34 menit 15 detik).
1.6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Contoh : 6.20.55 jam (6 jam, 20 menit, 55 detik)
1.7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusmya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Surya lahir pada tahun 1987.
Nomor telepon rumah andi adalah 445324.
1.8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dati huruf-huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya,atau yang terdapat di dalam akronim yamg sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh : Sekjen Sekretaris Jendral
Dirjen Direktrat Jendral
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
Ormas Organisasi massa
1.9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang.
Contoh : Na Natrium
30 cm Panjangnya 30 centimeter
20 kg Berat karung beras 20 kilogram
Rp 1000,00 Harga pencil itu Rp 1000,00 per buah.
1.10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, table dan sebagainya.
Contoh : Nyanyian Cinta
1.11. Tanda titik tidak dipakai dinelakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat.
Contoh : Jalan Merak 132
Salatiga
13 Februari 1989
Yth. Bp. Hendra
Jalan Merbabu
Pati
1.12. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtiar, atau daftar.
Contoh : III. Departement dalam negeri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa.
B. Darektorat Jendral Agraria
Penyiapan Naskah : 1. Patokan Umum
1.1. Isi Karangan
1.2. Ilustrasi
1.2.1. Gambar Tangan
1.2.2. Tabel
1.2.3. Grafik
Tanda Koma ( , )
2.1 Tanda koma dipakai unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang.
Contoh : Any membeli buku, pensil dan penggaris.
Satu, dua, … tiga !
2.2. Tanda koma dipakai untul memisahaka kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan.
Contoh : Toni bukan pergi ke Solo, melainkan ke Semarang.
Saya ingin membeli sepatu, tetapi uang saya masih kurang.
2.3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh : Kerena hujan, Nadya tidak jadi pergi.
Karena sakit, ayah tidak jadi olahraga.
2.4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh : Anton tidak jadi membali baju karena uangnya kurang.
Bayu mengatakan bahwa buku itu harganya mahal.
2.5. Tanda koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya, oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu akan tetapi.
Contoh : Oleh karena itu, kita harus membayarnya sekarang juga.
Jadi kita harus menabung sekarang juga.
2.6. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh : O, bagitukah hasilnya?
Wah, bukan main kerasnya !
2.7. Tanda koma dipakai untuk memisahakan petiakn langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh : Kata Ibu “Saya lelah sekali.”
“Saya bangga sekali,” kata ayah, “karena anak-anakku telah menjadi sarjana semua.”
2.8. Tanda koma dipakai diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : Bapak Haris Pambudi, Jalan Diponegoro 27, Surabaya
Bandung , 20 Maret 1989.
Surat-surat ini harap dikirim kepada Kepala Desa Bedali. Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur.
2.9. Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbitan dan tahun penerbitan.
Contoh : Yuwono, Salim Santosa, Drs, Perkembangan Sastra Indonesia, Surabaya, Bina Sarana, 1979.
2.10.Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh : Siregar, Merari, Azab dan Sengsara, Weltevreden, Balai poestaka, 1920.
2.11.Tanda koma dipakai diantara nama rang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga.
Contoh : D. Sastranegara, S.H.
Ny. Suryani, M.A.
2.12.Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan dan diantara rupiah dan sen dalam bilangan.
Contoh : 44,50 kg
Rp 25,75
2.13.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh : Ayah Dawis, Pak Bejo, termasuk orang yang kaya dikampung ini.
Di daerah kami, misalnya masih banyak pemuda yang hanya lulus sekolah dasar.
2.14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
Contoh : “Sudah datangkah adikmu?” tanya Ibu.
“Bayar lunas sekarang juga!” perintahnya.
Tanda Titik Koma ( ; )
3.1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh : Usia sidah semakin tua; belum juga mendapat cucu.
3.2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh : Ayah bekerja di perusahaan; Ibu bekerja di SD Negeri; adik mencuci pakaian; saya menyapu lantai.
Tanda Titik Dua ( : )
4.1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh : Untuk mandi kita membutuhkan alat-alat seperti: sabun, shampo, gayung.
4.2. Tanda titik dua dipakai sesudah ungkapan atau kata yang memerlukan pemerian.
Contoh : 1. Ketua : Krisma Widi
Sekretaris : Dedy
Bendahara : Pandu
2. Hari : Senin
Tanggal : 10 Maret 2008
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Jalan Kartini no.34 Salatiga
Acara : Rapat Anggota
4.3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan.
Contoh : Ayuk : “Keluarkan motornya, Dik!”
Maya : “Ya, Mbak.”
Ayuk : “Jangan lupa pakai helm!”
4.4. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pertanyaan.
Contoh : Kita sekarang memerlukan gelas, piring, sendok, dan garpu.
4.5. Tanda titik dua dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman, diantara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau diantara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh : Sarinah, I (1994), 34 : 4
Surat Al- Baqarah : 24
Karangan Idrus, Kisah Sebuah Calana Pandek : Celana Kepar made in Italia.
Tanda Tanya ( ? )
5.1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.
Contoh : Kapan kita tes?
Intan sudah pulang?
5.2. Tanda tanya dipakai diantara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan.
Contoh : Abi dilahirkan tahun 1989 (?)

Tanda seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh : Alangkah hebatnya permainan itu !
Bersihkan halaman rumah itu sekarang juga !
Merdeka !

Tanda Kurung ( )
7.1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelesan.
Contoh : Dia sekolah di SMA (Sekolah Menengah Atas) Budi Utomo.
7.2. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan.Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Contoh : Pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang harus dipikul secara bersama oleh unsure-unsur :
(1) pemerintah a) pemerintah
(2) masyarakat b) masyarakat
(3) orangtua murid c) orangtua murid

7.3. Tanda kurung mengapit atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral dari pokok pembicaraan.
Contoh : Memang diakui bahwa untuk dua jenis pelajaran (menurut kami harus dikatakan: ‘pengajaran’) ini ada metode dan sistimnya.
Tanda Hubung ( - )
8.1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh : …..mari kita menunjukan prestasi yang lebih baik.
8.2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh : .... cara yang baik mengambil udara.
… cara baru untuk mengukur nafas.
… merupakan alat pertahanan tubuh yang baik.
8.3. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Contoh : anak-anak berulang-ulang
lauk-pauk bersama-sama
8.4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh : t-a-n-a-m-a-n
13-02-1989
8.5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan : ber-evolusi dengan be-revolusi
Isteri-guru yang ramah dengan asteri guru-yang ramah.
8.6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Contoh : se-Jawa Timur KTP-nya nomor 15769E
se-Indonesia sinar-X
hadiah ke-2 tahun 50-an
8.7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia denagn unsure bahasa asing.
Contoh : di-export
di-charter
pen-tackle-an
Tanda Petik Ganda ( “…” )
9.1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh : “Sudah berangkat ?” tanya Halimah.
“Balum masih makan,”jawab Siti,”tunggu sebentar !”
9.2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Contoh : Bacalah “Desaku Maju” dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia jilid II.
9.3. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh : Kata Budi “Saya sudah membayar kemarin sore.”
9.4. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh : Penemu “vaksin polio” telah mendapatpenghargaan berupa hadiah Nobel.
Budi memakai calana yang dikenal dengan nama “pantolan”.
9.5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di balakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Contoh : Karena gemuknya anjingku kuberi nama “Si Gendut”.
Gajah Mada seorang “mahapatih” pada masa kerajaan Majapahit.
Tanda Pisah ( - )
10.1. Untuk menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan.
Contoh : Ada kritik yang menyatakan bahwa cara siswa belajar bahasa inggris – khusus dalam pengucapannya – kurang baik.
Bentuk karangan yang sederhana dapat mendrong orang-orang awam – seperti saya ini – dapat mempelajari dengan baik.
10.2. Untuk menghimpun atau memperluas suatu rangkaian subyek atau bagian kalimat, sehingga menjadi lebih jelas.
Contoh : Rangkaian kegiatan ini – membersihkan lantai, membersihkan halaman rumah, mencuci pakaian – merupakan kegiatanku setiap harinya.
Warga desa – pria, wnita, tua, muda – semua menyaksikan pertandingan yang mendebarkan itu.
10.3. Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan berarti ‘sampai dengan’ sedangkan bila dipakai antara dua tempat atau kota berarti ke atau sampai.
Contoh : Budi seklah di Jakarta dari tahun 1990-1995.
Pameran industri itu berlangsung dari tanggal 25-29 Maret.
10.4. Tanda pisah dipakai juga untuk menyatakan suatu ringkasan atau suatu gelar.
Contoh : Hanya satu pekerjaannya – dagang mobil.
Inilah kedua anak saya yang saya ceritakan – Andi dan Anton.
Dalam hal ini lazim dipergunakan titik-titik (…) dari pada tanda pisah.

Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
11.1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh : Anton berkata, “Tiba-tiba saya mendengar suara menegur seseorang ‘Siapa Kamu ?’ “atau Anton berkata,
“Tiba-tiba saya mendengar suara menegur seseorang “Siapa kamu ?”
11.2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit terjemahan atau penjelasan sebuah kata atau ungkapan asing.
Contoh : Teriakan-teriakan binatang dan orang primitif leh Wund’ disebut LAUTGEBARDEN ‘gerak-gerak bunyi’.
Tanda Ulang ( ….2 ) (angka dua biasa)
Tanda ualang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.
Contoh : dua2 marah2
mata2 pura2
hari2 muda2
sia2 anak2
hati2 lama2

Tanda Penyingkat (apostrof) ( ‘ )
Tanda apstrof menunjukan, menghilangkan bagian kata.
Contoh : Titin,’kan kuantar. (‘kan = akan )
Dia ‘lah pergi sejak kemarin. (‘lah = telah)

Tanda Garis Miring ( / )
14.1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Contoh : No. 104/SK/2007
14.2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Contoh : dewa/dewi Jalan Kenari II/12
Siswa/siswi harganya hanya Rp 500,00 per biji
Tanda Elipsis ( … )
Tanda ellipsis (titik-titik) yang dilambangkan dengan tiga titik (…) dipakai untuk menyatakan hal-hal berikut :
15.1. Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus, atau menyatakan ujaran yang terputus dengan tiba-tiba.
Contoh : Tuti selayaknya….selayakna… menurut nasehat rang tuanya.
Bukan dia malah membantah, sebagai seorang anak dia tidak boleh begitu ….ya,ya, tidaklah baik demikian.
15.2. Tanda Elipsis dipakai untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Contoh : Sikap disiplin yang tinggi untuk menjalankan pemerintahan yang bersih dan berwibawa … perlu dimantapkan.
15.3. Tanda ellipsis yang dipergunakan pada akhir kalimat karena menghilangkan bagian tertentu sesudah kalimat itu berakhir, menggunakan empat titik, yaitu satu sebagai titik bagi kalimat sebelumnya, dan tiga bagi bagian yang dihilangkan.
Contoh : Demi tegaknya hukum, serta kelancaran tata tertib hal ini sangat perlu … sehingga setiap “orang yang melanggar”, harus ditindak tegas.
15.4. Tanda ellipsis dipergunakan juga untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri kelanjutan dari sebuah kalimat.
Contoh : Mulanya bermdal kecil. Tentu dia mempunyai dagangan yang cukup lengkap, gula, kopi, tape recorder, televisi berwarna, radio, video, bahkan semua kebutuhan dilayani. Entah dari mana dia dapat mengumpulkan modal sebesar itu…. !

Tanda Kurung Siku ( [ …] )
16.1. Dipakai untuk menerangkan sesuatu diluar jalannya teks, atau sisipan keterangan (interplasi) yang tidak ada hubungannya dengan teks.
Contoh : Bila kita perhatikan lingkungan pemuda dari desa ini berhubungan [maksudnya : berhubungan] denagn kenyataan-kenyataan yang ada di luar desa ini.
16.2. Mengapit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan dalam tanda kurung.
Contoh : (Hanya menggunakan nada atau kombinasi nada-nada dan apa yang saya sebut persendian [ atau mungkain kata lain perjedahan atau juncture itu])